Blog untuk berbagi tentang ilmu di Sekolah Dasar

PERENCANAAN PEMBELAJARAN SMSTER 5

Peran seorang guru sangat penting dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus mampu memotivasi siswa dengan sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran, karena inti suatu pembelajaran terletak pada interaksi guru dengan siswa. Dimana guru melakukan kegiatan mengajar sedang siswa melakukan kegiatan belajar. Sehingga interaksi guru dengan siswa disebut juga proses belajar mengajar. Oleh karena itu, adalah Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi para siswa.Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi banyak faktor, salah satu diantaranya adalah proses pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran yang baik, di pengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Berikut akan dikemukakan pendapat Banghart dan Albert Trull (Educational planning,1983) dalam Harjanto (Perencanaan pengajaran,1997 hal 3), mereka tidak memberikan batasan perencanaan pengajaran secara ekslusif, melainkan mengatakan bahwa dalam rangka mengerti makna perencanaan pengajaran dapat dilihat dari 3 dimensi, yakni karakteristik, perencanaan pengajaran, berusaha menggambarkan sifat-sifat aktivitas perencanaan pengajaran.
Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan cakupan aktivitas perencanaan yang mungkin dalam system pendidikan, yang merupakan karakteristik perencanaan pengajaran adalah :
a. Merupakan proses rasional, sebab berkaitan dengan tujuan social dan konsep-konsepnya dirancang oleh banyak orang.
b. Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika informasi yang masuk mengharapkan demikian.
c. Perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas, aktivitas itu banyak ragamnya namun dapat dikategorikan menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan.
d. Perencanaan pengajaran berkaitan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah penggunaan dan salah manajemennya.
Batasan lain yang dikemukakan adalah pendapat Philip Commbs (1982) dalam Harjanto (Perencanaan Pengajaran 1997, hal 6), mengatakan perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.
Dalam kenyataan perencanaan pengajaran di Indonesia tidak jauh berbeda dengan perencanaan di sektor lain yang kesemuanya menginduk kepada pola perencanaan Bappenas. Perencanaan pengajaran di Indonesia merupakan suatu proses penyusunan alternatif kebijaksanaan mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang sosial ekonomi, sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh terhadap pendidikan nasional. Definisi ini memperlihatkan suatu tanggung jawab pendidikan yang besar sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa.
Suatu perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan. Dalam perencanaan pembelajaran, guru harus menentukan skenario atau strategi atau biasa disebut langkah-langkah pembelajaran dengan baik sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan bagi para siswa.
Agar pelaksanaan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien maka diperlukan suatu perencanaan yang tersusun secara sistematis. Agar terjadi keaktifan peserta didik dalam pembelajaran diperlukan proses belajar mengajar yang lebih bermakna dan dirancang dalam suatu skenario yang jelas.
Banyak cara atau bentuk pembelajaran yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar di kelas, misalnya dengan menekankan latihan, hafalan, pengulangan, pemahaman dan sebagainya. Cara atau bentuk pembelajaran yang dilakukan guru tersebut sebenarnya mengacu pada suatu teori atau konsep psikologi tertentu.
B. Teori-Teori Belajar
Dalam pembelajaran guru perlu memahami kondisi siswa, karena mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan murid. Sehingga guru dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat bagi siswa. Agar seorang pendidik dapat memberikan perlakuan mendidik yang diharapkan, digunakan beberapa prinsip dalam pengajaran. Prinsip pengajaran yang diberikan, biasanya mengacu pada teori-teori belajar atau konsep psikologi tertentu.
Dalam uraian ini, akan memuat beberapa aliran psikologi saja dalam hubungannya dengan teori belajar, yaitu :
a. Pandangan Psikologi Daya (Wolff,Tetens dan Kant)
Psikologi daya menganalogikan jiwa dengan jasmani. Psikologi daya berpandangan bahwa inti belajar terletak pada ulangan.
Daya-daya jiwa menurut psikologi daya haruslah sama halnya seperti daya-daya jasmani, yakni untuk memperkuat daya-daya harus melatihnya pula dengan cara mengerjakan sesuatu secara berulang-ulang. Daya pikir misalnya, akan meningkat kalau pikiran itu berulang-ulang dilatih memecahkan soal. Jadi, teori ini memberikan pengertian bahwa belajar adalah ulangan terus-menerus.
b. Psikologi Naturalisme Romantik (Jean J. Rousseau)
Teori ini menyatakan bahwa setiap anak memilik potensi atau kekuatan yang masih terpendam, yaitu potensi berpikir, berperasaan, berkemauan, keterampilan, berkembang mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukannya. Melalui berbagai bentuk kegiatan dan usaha belajar anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Rousseau berpendapat bahwa anak tidak perlu banyak diatur dan diberi, biarkan mereka mencari dan menemukan dirinya sendiri, sebab anak dapat berkembang sendiri.
Bagi teori ini, tugas guru tidak jauh berbeda dengan tugas seorang petani dalam mengembangkan tanaman. Tanaman telah mempunyai potensi-potensi sendiri, tugas petani hanya menyediakan tanah yang gembur, air dan cahaya yang cukup, diberi pupuk dan dihindarkan dari serangan hama. Tanaman akan tumbuh, berdaun, berbunga dan berbuah sendiri, tidak perlu dipaksa.
Dalam proses pembelajaran guru tidak perlu memaksa anak. Tugas guru menyediakan bahan ajar yang menarik perhatian dan minat anak sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memberi motivasi dan bimbingan sesuai dengan sifat dan kebutuhan anak. Dengan cara seperti ini anak akan berkembang secara optimal. Konsep pembelajaran yang mengaktifkan siswa misalnya, CBSA, belajar inkuiri Diskaveri, Pemecahan masalah CTL dan sebagainya.
c. Psikologi Asosiasi (Edward L. Thorndike)
Psikologi asosiasi atau koneksionisme merupakan rumpun behaviorisme. Menurut Psikologi ini tingkah laku individu tidak lain dari suatu hubungan antara rangsangan dengan jawaban atau stimulus respon. Teori ini berpendapat belajar pada binatang juga berlaku pada manusia adalah trial and error, ataU belajar coba-coba. Dalam teori ini mengemukakan tiga prinsip atau hukum utama belajar. Pertama, Law of edginess atau hukum kesiapan, yang menyatakan bahwa belajar akan berhasil apabila siswa atau individu yang belajar telah memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut. Seorang anak akan bisa belajar berjalan, apabila dalam perkembangannya ia telah memiliki kesiapan atau kematangan untuk berjalan. Anak yang belum siap berjalan, kalaupun dipaksa dilatih berjalan tidak akan membawa hasil, malah mungkin akan merusakkannya. Prinsip kedua adalah law of exercise atau hukum latihan, yang menyatakan bahwa belajar memerlukan banyak latihan atau ulangan-ulangan. Suatu kecakapan atau keterampilan akan dikuasai apabila banyak dilatih. Seorang siswa yang ingin pandai bermain piano harus banyak berlatih main piano. Semakin banyak dan intensif latihan yang dilakukan oleh seseorang akan semakin tinggi tingkat penguasaannya. Prinsip yang ketiga adalah law off effect, atau hukum mengetahui hasil. Belajar akan lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik dapat merupakan umpan balik yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Dalam mengajar, guru dianjurkan untuk segera memeriksa semua hasil pekerjaan siswa, memberi nilai dan segera mengembalikannya kepada siswa. Dengan cara itu siswa mengetahui hasil dari usaha belajarnya, dan akan meningkatkan semangat untuk belajar selanjutnya.
d. Psikologi Conditioning (Petrovtich Pavlov)
Teori ini disebut teori conditioning karena menyatakan bahwa belajar terjadi karena “persyaratan”. Perbuatan belajar adalah perbuatan yang berwujud rentetan response atau gerakan reflex yang sifatnya mekanistis.
Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur pada anjing. Air liur akan keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaan Pavlov membunyikan bel sebelum memperlihatkan makan pada anjing. Setelah di ulang berkali-kali ternyata, air liur tetap keluar bila bel berbunyi meskipun makanannya tidak ada. Hasil dari penelitian ini ternyata dapat diterapkan pada manusia, seperti para siswa berbaris dan masuk kelas kalau lonceng berbunyi. Menurut teori ini belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu, kebiasaan berpakaian, kebiasaan belajar, bekerja, bertegur sapa dengan orang lain dan lain sebagainya terbentuk karena pengkondisian. Mengajar menurut teori ini adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan. Pembiasaan ini perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi bias juga oleh stimulus penyerta.
e. Psikologi kognitif Gestalt (Kohler, Kurt Koffka, Kurt Lewin, dsb)
Teori ini lebih menekankan pada proses mengetaui (knowing), yaitu menemukan cara-cara ilmiah dalam mempelajari proses mental yang terlibat dalam upaya mencari dan menemukan pengetahuan. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak memiliki kemampuan untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan sendiri. Dalam proses belajar mengajar, anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, membuat interpretasi serta menarik kesimpulan.
Pengajaran yang berdasarkan teori kognitif, menekankan proses belajar aktif, terutama aktif secara mental (melakukan proses mental atau proses berpikir), didalam mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya. Berbagai bentuk metode belajar aktif seperti metode : pemecahan masalah, penelitian, pengamatan, diskusi, deduktif, induktif dan lain-lain merupakan metode-metode yang khas dari teori ini.
Teori dan Prinsip-Prinsip yang Mendasari Pembelajaran
Kaitan Rumpun Teori Psikologi Tentang Belajar dengan Prinsip-Prinsip yang Mendasari Pembelajaran

A. Rumpun Psikologi Kekuatan Mental

1. Psikologi Daya
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Repetisi (Pengulangan)
Prinsip repetisi ini yang sesuai karena teori psikologi daya berprinsip bahwa daya-daya (mengingat, mengenal, mengkhayal, menilai, dll) yang dimiliki individu atau siswa dapat dikembangkan dengan cara berlatih secara berulang-berulang.
Dalam teori ini tidak mengenal prinsip motivasi, pengalaman belajar dan perbedaaan individu karena dianggap tidak relevan.

2. Psikologi Tanggapan
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Repetisi (Pengulangan)
b. Prinsip Korelasi
c. Prinsip Motivasi
d. Prinsip Kesiapan
e. Prinsip Apresepsi
Kelima prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi tanggapan berprinsip bahwa dalam menggunakan metode mengajar tanggapan seorang guru harus menyajikan bahan pengajarannya secara sederhana, menarik dan berulang-ulang serta kait-mengait antara yang satu dengan yang lain.

3. Psikologi Naturalisme Romantik
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Aktivitas Siswa
b. Prinsip Perkembangan
c. Prinsip Perbedaan Individu
d. Prinsip Motivasi
e. Prinsip Pengalaman Langsung
f. Prinsip Kesiapan
Keenam prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi naturalime romantik berprinsip bahwa seorang guru dalam menyediakan bahan ajaran harus menarik perhatian dan minat anak, sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memberi motivasi dan bimbingan sesuai dengan sifat dan kebutuhan anak. Sehingga kegiatan belajar dapat mengaktifkan siswa dan anak dapat berkembang secara optimal.

B. Rumpun Psikologi Behaviorisme

1. Psikologi Asosiasi (Koneksionisme)
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Perkembangan
b. Prinsip Kesiapan
c. Prinsip Repetisi (Pengulangan)
d. Prinsip Evaluasi
e. Prinsip Reward dan Punishment
f. Prinsip Korelasi
g. Prinsip Motivasi
Ketujuh prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi asosiasi berprinsip bahwa belajar itu merupakan pembentukan hubungan stimulus-respon sebanyak-banyaknya melalui ulangan-ulangan dan latihan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus memantau kesiapan siswa, menyediakan banyak latihan atau ulangan-ulangan dan segera memeriksa dan mengembalikan jika ada evaluasi, sehingga siswa dapat mengetahui hasil dari usaha belajarnya, dan akan meningkatkan semangat belajar untuk selanjutnya.


2. Psikologi Conditioning
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Repetisi (Pengulangan)
Prinsip repetisi ini dianggap sesuai karena teori psikologi conditioning berprinsip bahwa mengajar itu adalah pembentukkan kebiasaan, dengan cara mengulang-ulang.

3. Psikologi Penguatan
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Reward dan Punishment
b. Prinsip Kesiapan
c. Prinsip Motivasi
d. Prinsip Tujuan
Keempat prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi penguatan berprinsip bahwa dalam belajar, siswa membutuhkan suatu pujian atau reward atas hasil usaha belajarnya (seperti mendapat nilai baik, guru memberikan pujian. Sebaliknya nilai yang kurang akan mendapat peringatan). Selain itu teori ini juga menekankan pada pengajaran yang berprogram (seperti: media computer, kaset video dll) agar siswa dapat siap belajar secara individual dan guru berfungsi sebagai pengarah, pendorong dan pengelola belajar.

C. Rumpun Psikologi Kognitas Gestalt

1. Psikologi Gestalt
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Korelasi
b. Prinsip Apresepsi
c. Prinsip Tujuan
Ketiga prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi Gestalt berprinsip bahwa dalam proses pengajaran guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu-kesatuan. Anak harus berusaha menemukan hubungan antarbagian,agar ia dapat memahami keseluruhan situasi atau bahan tersebut.

2. Psikologi Kognitif
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Aktivitas Siswa
b. Prinsip Pengalaman Langsung
Prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi Kognitif berprinsip bahwa dalam proses pengajaran menekankan proses belajar aktif, terutama aktif secara mental (melakukan proses mental atau proses berpikir), di dalam mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, kontruktif dan mampu merencanakan sesuatu.

3. Psikologi Medan (Field Theory)
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Tujuan
b. Prinsip Korelasi
c. Prinsip Perbedaan Individu
d. Prinsip Motivasi
e. Prinsip Kesiapan
Kelima prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi medan berprinsip bahwa merencanakan suatu pengajaran, tujuan harus dipilih yang bermakna bagi siswa dan dirumuskan sejelas mungkin. Bahan dan tugas harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Di samping itu pula penggunaan strategi dan media belajar yang tepat, motivasi dan pembimbingan siswa memegang peranan penting dalam meningkatkan upaya belajar siswa


By ApeG

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PERENCANAAN PEMBELAJARAN SMSTER 5"

Post a Comment