Naskah Drama Cinde Laras
pendidikanGuruSd.com - Assalamu'alaikum Wr. Wb. Rekan Guru di Indonesia maupun di Luar Negeri. Drama merupakan karya sastra dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Seseorang yang akan melaksakan kegiatan bermain drama harus memiliki Naskah untuk dihafalkan lalu ditampilkan. Berikut Kami sampaikan Sepenggal Kisah dalam Drama yang berjudul Cinde Laras.
Dahulu kala di sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Jenggala hiduplah seorang raja yang bernama Raden Putra. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri.
Raja : Permaisuri, hari ini kau kelihatan sangat cantik
Permaisuri : Ah baginda bisa saja. Mungkin ini bawaan bayi yang sedang saya kandung.
Raja : Bagaimana keadaan bayi kita ? sehatkah?
Permaisuri : Alkhamdulillah yaaaaa,,,,sesuatu banget Baginda. Walaupun kadang-kadang aku merasa mual, tapi aku baik-baik saja.
Raja : Syukurlah, jaga kandunganmu baik-baik saja ya sayang !
Permaisuri : InsyaAllah kanda
(Pikirnya dengan raut wajah penuh kebencian)
Tidak lama, ia kemudian menemui tabib istana.
Selir : Engkau harus membantuku?
(Dengan memaksa, selir meminta bantuan Tabib)
Tabib : Apa yang bisa saya bantu Selir?
(Sembari menundukkan wajah)
Selir : Aku mempunyai rencana untuk menyingkirkan permaisuri dari kerajaan ini.
(Dengan suara yang lirih dan bernada kebencian)
Tabib :Apakah selir yakin ingin melakukannya?
(Raut muka penuh tanya)
Selir : Iya, aku yakin.
(Jawab selir dengan penuh keyakinan)
Tabib : Lalu apa yang bisa saya lakukan?
(Dengan raut muka penasaran)
Selir : Aku akan berpura-pura sakit parah kemudian aku akan memanggilmu dan engkau harus mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minumanku yaitu permaisuri.
(Sembari berbisik, Selir menyampaikan rencana jahatnya)
Tabib : Baiklah, saya akan membantu Selir.
(Tabib menundukkan kepala sebagai tanda sedia untuk membantu selir)
Tidak lama kemudian, Selir menjalankan rencana jahatnya.
Selir : Raja, badanku terasa tidak enak. Enggan rasanya tubuh ini untuk bangkit dari tempat tidur.
Aduh……
(Selir berbaring dan berpura-pura meringih kesakitan)
Raja : Apa yang terjadi padamu Selir? Muka kamu juga terlihat pucat sekali.
(Dengan raut wajah penuh kasihan)
Selir : Aku tidak tahu, tapi rasanya sakit sekali.
(Selir masih berbaring dan berpura-pura meringih kesakitan)
Raja : Pengawal, panggil tabib istana!
(Dengan suara lantang, Raja memerintah pengawal)
Pengawal : Baik raja.
(Dengan menundukkan kepala)
Tidak lama, tabib istana datang dan memeriksa keadaan Selir.
Raja : Tabib, apa yang terjadi pada Selir?
(Raut muka khawatir mengiringi pertanyaan raja)
Tabib : Ada seseorang yang telah meracuni minuman Selir. Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri, Dewi Limaran.
(Dengan wajah yakin untuk mempengaruhi Raja)
Raja : Apa….? Tidak kusangka permaisuriku mempunyai perangai yang keji.
(Raja berteriak heran)
Tidak lama kemudian raja memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.
(Dengan raut wajah penuh kebencian)
Patih : Siap Baginda.
(Sembari menundukkan kepala)
Permaisuri : Jangan baginda, hamba tidak tahu apa-apa. Hamba tidak pernah berusaha meracuni Selir.
(Permaisuri diseret oleh patih, dan memohon kepada Raja dengan suara memelas)
Raja : Dasar permaisuri tidak tahu diri, enyahkau dari kerajaanku.
(Sembari mengacungkan jarinya)
Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda.
Patih :Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh
Patih kemudian kembali ke istana dan menemui Raja.
Permaisuri : Terima kasih Patih.
(sembari tersedu-sedu)
Raja : Patih, apakah engkau telah melaksanakan apa yang aku perintahkan?
(Kedua tangan di pinggang)
Patih :Iya Baginda Raja, saya telah menjalankan tugas dari Baginda.
(Berlutut di hadapan raja)
Raja : Bagus…bagus… Like This….
(Raut wajah puas dari raja)
Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur.
Cinde Laras : Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku.
(Dengan raut wajah bahagia)
Setelah 3 minggu, telur itu menetas tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan
Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…
(Dengan suara yang nyaring dan indah)
Cinde Laras :Apa…. Ayam ini berkokok aneh sekali.
(Raut wajah heran dan merasa takjub)
Cinde Laras : Ibu, ayamku berkokok aneh sekali. Ia mengatakan bahwa kau adalah putra dari Raden Putra. Apakah benar yang dikatakan ayamku?
(dengan wajah penuh tanya)
Permaisuri : Benar anakku, kau adalah putra dari Raden Putra, Raja Kerajaan Jenggala.
(Sembari memeluk Cindelaras)
Raja : Kalau begitu, ijinkanlah aku pergi ke istana untuk menemui ayah.
(Cindelaras memohon pada ibunya)
Permaisuri : Baiklah anakku, ibu memberi ijin padamu. Hati-hati di jalan.
Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam.
Penyabung : Ayamku, hari ini kau sudah kuberi nutrisi lengkap empat sehat lima sempurna. Jadi kamu jangan malu-maluin aku ya. Kamu harus menang melawan ayam lain ya.
Ayam : Kukuruyuk. Ok Tuanku…siap melaksanakan perintah.
Tiba-tiba datanglah Cindelaras dengan ayanmnya.
Penyabung : Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku.
(Sembari melambaikan tangan memanggil Cindelaras)
Cinde Laras : Baiklah
(berjalan menghampiri para penyabung ayam)
Rakyat 1 & 2 : Ayo…ayo…ayo….
Rakyat 1 : Bagaimana klo kita taruhan?
Rakyat 2 : Ayo… siapa takut! Aq pilih ayam Cindelaras. Pasti dia yang menang. Lihatlah… ayamnya besar dan kelihatan tangguh.
Rakyat 1 : Oke… Aku pilih lawannya. Jangan remehkan yang kecil. Biar kecil, besar tenaganya. Kecil-kecil cabe rawut. Eh maksud saya cabe rawit.
Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras.
Cinde Laras : Hamba menghadap paduka.
(Sembari berlutut memberi hormat)
Raja : Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata
(Pikir raja dengan perasaan penuh tanda tanya)
Raja : Aku dengar ayammu sangat tangguh, sekarang aku akan mengujinya sendiri.
(Kedua tangan ada di pinggang)
Cinde Laras : Baiklah kalau baginda menghendaki seperti itu, tapi saya mengajukan satu syarat. Jika ayamku kalah maka aku bersedia kepalaku dipancung, tetapi jika ayamku menang maka setengah kekayaan Baginda menjadi milikku.
(Dengan suara penuh keyakinan)
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani.
Penyabung Rakyat 1& 2 : Ayo…Ayo…Ayo….
Rakyat 2 : we…we…we pasti ayam cindelaras sing menang.
Rakyai 1 : Oh tidak bisa…. Ayam cindelaras sudah capek. Sudah melakukan perjalanan jauh men...
Penyabung : Woohhh… what’s up….Santai Brow...Lihat ajalah siapa nanti yang menang jo padu dewe’.
Dan akhirnya secara singkat ayam cindelaras mengalahkan ayam dari Raja.
Raja : Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?
(Perasaan kecewa dan penuh tanda tanya)
Cinde Laras : Ayo ayamku berkokoklah!
(membungkuk dan membisikkan sesuatu pada ayamnya)
Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…
(Dengan suara yang nyaring)
Raja : Benarkah itu?
(Kaget dan tidak percaya)
Cinde Laras : Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda
(Dengan suara yang halus)
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri
Patih : Apa yang dikatakan anak ini benar Baginda Raja.
(Berlutut dan menyampaikan apa yang diketahuinya)
Raja : Aku telah melakukan kesalahan
(Menundukkan kepala dan menyesali apa yang telah ia lakukan)
Raja : Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku. Aku akan buang dia ke hutan.
(raut wajah masam dan geram)
Raja : Anakku…maafkan semua kesalahan ayahmu ini.
(Sembari memeluk Cindelaras)
Cinde Laras : Iya ayah, tidak apa-apa.
(Sembari memeluk raja)
Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali
Demikian Naskah Drama ini semoga bermanfaat..
Dahulu kala di sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Jenggala hiduplah seorang raja yang bernama Raden Putra. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri.
Raja : Permaisuri, hari ini kau kelihatan sangat cantik
Permaisuri : Ah baginda bisa saja. Mungkin ini bawaan bayi yang sedang saya kandung.
Raja : Bagaimana keadaan bayi kita ? sehatkah?
Permaisuri : Alkhamdulillah yaaaaa,,,,sesuatu banget Baginda. Walaupun kadang-kadang aku merasa mual, tapi aku baik-baik saja.
Raja : Syukurlah, jaga kandunganmu baik-baik saja ya sayang !
Permaisuri : InsyaAllah kanda
Baca Juga
Guru Gaji 15juta per bulan bukan isapan jempol
Selir : Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Sudah tahu aku lebih cantik, lebih smart, lebih okey lah. Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri.(Pikirnya dengan raut wajah penuh kebencian)
Tidak lama, ia kemudian menemui tabib istana.
Selir : Engkau harus membantuku?
(Dengan memaksa, selir meminta bantuan Tabib)
Tabib : Apa yang bisa saya bantu Selir?
(Sembari menundukkan wajah)
Selir : Aku mempunyai rencana untuk menyingkirkan permaisuri dari kerajaan ini.
(Dengan suara yang lirih dan bernada kebencian)
Tabib :Apakah selir yakin ingin melakukannya?
(Raut muka penuh tanya)
Selir : Iya, aku yakin.
(Jawab selir dengan penuh keyakinan)
Tabib : Lalu apa yang bisa saya lakukan?
(Dengan raut muka penasaran)
Selir : Aku akan berpura-pura sakit parah kemudian aku akan memanggilmu dan engkau harus mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minumanku yaitu permaisuri.
(Sembari berbisik, Selir menyampaikan rencana jahatnya)
Tabib : Baiklah, saya akan membantu Selir.
(Tabib menundukkan kepala sebagai tanda sedia untuk membantu selir)
Tidak lama kemudian, Selir menjalankan rencana jahatnya.
Selir : Raja, badanku terasa tidak enak. Enggan rasanya tubuh ini untuk bangkit dari tempat tidur.
Aduh……
(Selir berbaring dan berpura-pura meringih kesakitan)
Raja : Apa yang terjadi padamu Selir? Muka kamu juga terlihat pucat sekali.
(Dengan raut wajah penuh kasihan)
Selir : Aku tidak tahu, tapi rasanya sakit sekali.
(Selir masih berbaring dan berpura-pura meringih kesakitan)
Raja : Pengawal, panggil tabib istana!
(Dengan suara lantang, Raja memerintah pengawal)
Pengawal : Baik raja.
(Dengan menundukkan kepala)
Tidak lama, tabib istana datang dan memeriksa keadaan Selir.
Raja : Tabib, apa yang terjadi pada Selir?
(Raut muka khawatir mengiringi pertanyaan raja)
Tabib : Ada seseorang yang telah meracuni minuman Selir. Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri, Dewi Limaran.
(Dengan wajah yakin untuk mempengaruhi Raja)
Raja : Apa….? Tidak kusangka permaisuriku mempunyai perangai yang keji.
(Raja berteriak heran)
Tidak lama kemudian raja memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.
Baca Juga
Apa Saja Persiapan menjadi Guru dengan Gaji 15 juta perbulan?
Raja : Patih, buang permaisuri jahat ini ke hutan!
(Dengan raut wajah penuh kebencian)
Patih : Siap Baginda.
(Sembari menundukkan kepala)
Permaisuri : Jangan baginda, hamba tidak tahu apa-apa. Hamba tidak pernah berusaha meracuni Selir.
(Permaisuri diseret oleh patih, dan memohon kepada Raja dengan suara memelas)
Raja : Dasar permaisuri tidak tahu diri, enyahkau dari kerajaanku.
(Sembari mengacungkan jarinya)
Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda.
Patih :Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh
Patih kemudian kembali ke istana dan menemui Raja.
Permaisuri : Terima kasih Patih.
(sembari tersedu-sedu)
Raja : Patih, apakah engkau telah melaksanakan apa yang aku perintahkan?
(Kedua tangan di pinggang)
Patih :Iya Baginda Raja, saya telah menjalankan tugas dari Baginda.
(Berlutut di hadapan raja)
Raja : Bagus…bagus… Like This….
(Raut wajah puas dari raja)
Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur.
Cinde Laras : Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku.
(Dengan raut wajah bahagia)
Setelah 3 minggu, telur itu menetas tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan
Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…
(Dengan suara yang nyaring dan indah)
Cinde Laras :Apa…. Ayam ini berkokok aneh sekali.
(Raut wajah heran dan merasa takjub)
Cinde Laras : Ibu, ayamku berkokok aneh sekali. Ia mengatakan bahwa kau adalah putra dari Raden Putra. Apakah benar yang dikatakan ayamku?
(dengan wajah penuh tanya)
Permaisuri : Benar anakku, kau adalah putra dari Raden Putra, Raja Kerajaan Jenggala.
(Sembari memeluk Cindelaras)
Raja : Kalau begitu, ijinkanlah aku pergi ke istana untuk menemui ayah.
(Cindelaras memohon pada ibunya)
Permaisuri : Baiklah anakku, ibu memberi ijin padamu. Hati-hati di jalan.
Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam.
Penyabung : Ayamku, hari ini kau sudah kuberi nutrisi lengkap empat sehat lima sempurna. Jadi kamu jangan malu-maluin aku ya. Kamu harus menang melawan ayam lain ya.
Ayam : Kukuruyuk. Ok Tuanku…siap melaksanakan perintah.
Tiba-tiba datanglah Cindelaras dengan ayanmnya.
Penyabung : Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku.
(Sembari melambaikan tangan memanggil Cindelaras)
Cinde Laras : Baiklah
(berjalan menghampiri para penyabung ayam)
Rakyat 1 & 2 : Ayo…ayo…ayo….
Rakyat 1 : Bagaimana klo kita taruhan?
Rakyat 2 : Ayo… siapa takut! Aq pilih ayam Cindelaras. Pasti dia yang menang. Lihatlah… ayamnya besar dan kelihatan tangguh.
Rakyat 1 : Oke… Aku pilih lawannya. Jangan remehkan yang kecil. Biar kecil, besar tenaganya. Kecil-kecil cabe rawut. Eh maksud saya cabe rawit.
Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras.
Cinde Laras : Hamba menghadap paduka.
(Sembari berlutut memberi hormat)
Raja : Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata
(Pikir raja dengan perasaan penuh tanda tanya)
Raja : Aku dengar ayammu sangat tangguh, sekarang aku akan mengujinya sendiri.
(Kedua tangan ada di pinggang)
Cinde Laras : Baiklah kalau baginda menghendaki seperti itu, tapi saya mengajukan satu syarat. Jika ayamku kalah maka aku bersedia kepalaku dipancung, tetapi jika ayamku menang maka setengah kekayaan Baginda menjadi milikku.
(Dengan suara penuh keyakinan)
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani.
Penyabung Rakyat 1& 2 : Ayo…Ayo…Ayo….
Rakyat 2 : we…we…we pasti ayam cindelaras sing menang.
Rakyai 1 : Oh tidak bisa…. Ayam cindelaras sudah capek. Sudah melakukan perjalanan jauh men...
Penyabung : Woohhh… what’s up….Santai Brow...Lihat ajalah siapa nanti yang menang jo padu dewe’.
Dan akhirnya secara singkat ayam cindelaras mengalahkan ayam dari Raja.
Raja : Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?
(Perasaan kecewa dan penuh tanda tanya)
Cinde Laras : Ayo ayamku berkokoklah!
(membungkuk dan membisikkan sesuatu pada ayamnya)
Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…
(Dengan suara yang nyaring)
Raja : Benarkah itu?
(Kaget dan tidak percaya)
Cinde Laras : Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda
(Dengan suara yang halus)
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri
Patih : Apa yang dikatakan anak ini benar Baginda Raja.
(Berlutut dan menyampaikan apa yang diketahuinya)
Raja : Aku telah melakukan kesalahan
(Menundukkan kepala dan menyesali apa yang telah ia lakukan)
Raja : Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku. Aku akan buang dia ke hutan.
(raut wajah masam dan geram)
Raja : Anakku…maafkan semua kesalahan ayahmu ini.
(Sembari memeluk Cindelaras)
Cinde Laras : Iya ayah, tidak apa-apa.
(Sembari memeluk raja)
Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali
Demikian Naskah Drama ini semoga bermanfaat..
0 Response to "Naskah Drama Cinde Laras"
Post a Comment