Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Assalamualaikum Wr. Wb Rekan Guru di Indonesia dan di Luar Negeri.
Simak Model- model pembelajaran kooperatif berikut ini:
Menurut Agus Suprijono (2009: 65) terdapat enam langkah atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan model kooperatif langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel 1 bawah ini.
Simak Model- model pembelajaran kooperatif berikut ini:
Menurut Agus Suprijono (2009: 65) terdapat enam langkah atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan model kooperatif langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel 1 bawah ini.
Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
|
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa agar lebih siap menerima pelajaran.
|
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi.
|
Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal.
|
Fase 3: Organize students into learning tems
Mengorganisir siswa ke dalam tim-tim belajar.
|
Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.
|
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar.
|
Membentu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugas.
|
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
|
Menguji pengetahuan siswa mengenai mengenai materi pelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase 6: Provide Recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
|
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
|
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Time Token
Pembelajaran kooperatif time token dikemukanakan oleh Arends 1998. Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali.
Model pembelajaran Time Token Arends 1998 merupakan model pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain.
Model ini memiliki struktur pengajaran yang sangat cocok digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, serta untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. (http://rumahdesakoe.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-time-token-arends.html)
Arends (2008:29) Tujuan dalam pembelajaran kooperatif time token menumbuhkan keterampilan berpartisipasi. Sementara sebagian siswa mendominasi kelompok, sebagian lainnya mungkin justru tidak mau atau tidak mampu berpartisipasi. Kadang- kadang siswa menghindari kerja kelompok karena pemalu. Sering kali siswa- siswa pemalu sangat cerdas, dab mereka mungkin bekerja dengan baik sendirian atau dengan seorang teman. Akan tetapi, mereka sangat sulit untuk berpartisipasi dalam kelompok. Siswa yang ditolak mungkin juga memiliki kesulitan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Di samping itu, ada juga anak- anak normal yang entah apapun alasannya, memilih untuk bekerja sendiri dan menolak untuk berpartisipasi dalam kelompok kooperatif.
Memastikan bahwa siswa- siswa pemalu atau ditolak ikut masuk ke dalam kelompok bersama siswa- siswa yang memiliki keterampilan sosial yang baik adalah salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk melibatkan mereka. Menstrukturisasikan interdependensi tugas, yang dideskripsikan sebelumnya, adalah cara lain untuk mengurangi kemungkinan siswa yang ingin bekerja sendiri. Menggunakan lembar perencanaan yang mendaftar berbbagai tugas kelompok lengkap dengan nama siswa-siswa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas- tugas adalah cara ketiga untuk mengajarkan dan memastikan partisipasi yang seimbang diantara anggota- anggota kelompok. Time token dan high tap out adalah kegiatan- kegiatan khusus yang mengajarkan keterampilan berpartisipasi.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif time token adalah model pembelajaran kooperatif yang menuntut partisipasi siswa dalam kelompok untuk berbicara (mengeluarkan ide/ gagasannya) dengan diberi kupon berbicara sehingga semua siswa harus berbicara, maka dari itu siswa tidak ada yang mendominasi dalam pelaksanaan diskusi.
mas,sy pingin juga daftar pustakanya......
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
Delete