Blog untuk berbagi tentang ilmu di Sekolah Dasar

PRINSIP PENGEMBANGAN SILABUS

PRINSIP PENGEMBANGAN SILABUS

Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Landasan Pengembangan Silabus
  1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2)

  1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20


PP NO 19 TAHUN 2005 Pasal 17 Ayat (2)
Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA, dan MAK.

PP NO 19 TAHUN 2005 Pasal 20
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar

Prinsip Pengembangan
  1. Ilmiah
  2. Relevan
  3. Sistematis
  4. Konsisten
  5. Memadai
  6. Aktual dan Kontekstual
  7. Fleksibel
  8. Menyeluruh


UNIT WAKTU
  • Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
  • Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
  • Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Bagi SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.
  • MEKANISME PENGEMBANGAN SILABUS
    1. Mengkaji dan Menentukan Standar Kompetensi
    2. Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar
    3. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
    4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
    5. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi 
    6. Menentukan Jenis Penilaian 
    7. Menentukan Alokasi Waktu 
    8. Menentukan Sumber Belajar
Read More
HAKIKAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

HAKIKAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progesif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
  • Perkembangan terjadi mulai dari masa konsepsi dan berlangsung terus menerus sampai pada masa pengrusakan dan individu itu mati.
  • Belajar : suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektik maupun psikomotorik yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya.
  • Peserta didik : individu yang merupakan suatu totalitas kesatuan psikofisik yang tidak dapat dipisahkan mempunyai keunikan masing-masing dan berbeda satu dengan yang lainnya.
2. Perubahan dalam Perkembangan
  1. Berakar pada unsur biologis
  2.  Mencakup struktur dan fungsi
  3. Bersifat terpola, teratur, teroganisir dan dapat diprediksi
  4. Bersifat unik bagi setiap individu
  5. Terjadi secara bertahap
  6. Berlangsung sepanjang hayat
3. Pengertian Pertumbuhan
  • Pertumbuhan adalah pola perubahan yang dialami individu yang bersifat kuantitatif dan terbatas pada pola perubahn fisik sebagai hasil dari proses pematangan.
  • Atau bisa juga disebut perubahan individu secara fisik menuju ke arah yang lebih sempurna.
4. Anak sebagai Totalitas
      Menurut Semiawan (1999) konsep peserta didik sebagai totalitas sekurang-kurangnya mengandung 3 pengertian. Mencakup :
a. Peserta didik adalah MH (organisme) yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. Aspek fisik dan psikis tersebut terdapat dalam diri Serdik sebagai individu yang berarti tidak dapat dipisahkan antara bagian satu dengan yang lain.

b. Keseluruhan aspek fisik dan psikis tersebut memiliki hubungan yang saling terjadi satu sama lain. Jika saah satu aspek mengalami gangguan maka aspek lain juga ikut terganggu
c. Peserta didik usia SD/MI berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik tetapi juga secara keseluruhan.

     Menurut Sinnolungan (1997) menyatakan :
      Manusia termasuk peserta didik sebagai makhluk totalitas “homotrieka” yaitu :
a.         Makhluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya dan alam lingkungan sekitarnya
b.         Makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan saling mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia

c. Makhluk individual yang memiliki keunikan ( ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat, kepribadian dll) yang membedakan dengan individu lain.
5. Perkemb. sebagai Proses Holistik dari Aspek Biologis, Kognitif dan Psikomotorik
  • Sebagai proses Holistik artinya perkembangan terjadi tidak hanya dalam aspek tertentu melainkan melibatkan keseluruhan aspek yang terjalin satu dengan yang lainnya.
  • Aspek ini meliputi aspek biologis, kognitif dan psikomotorik.
6. Pengertian Kematangan , Pengalaman serta Peran Masing-masing
     a.  Kematangan ( Pembawaan)
            Kematangan adalah suatu kekuatan dari diri anak yang mendorong berkembangnya suatu fungsi.
            Menurut kaum naturationist berpendapat : pada dasarnya individu berkembang dalam cara yang berpola genetik, kecuali terganggu atau terhambat oleh faktor lungkungan yang bersifat merusak

     b. Pengalaman ( Lingkungan)
            adalah peristiwa-peristiwa yang dialami individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.
            Menurut kaum environmentalist berpendapat : lingkungan dipandang sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak.
7. Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Perkembangan
  • Kontinuitas dalam perkembangan adalah perubahan yang kumulatif yang berlangsung secara bertahap dari masa konsepsi hingga meninggal dunia.
  • Diskontinuitas dalam perkembangan adalah perkembangan diarahkan oleh faktor-faktor internal biologis. Perkembangan melibatkan perubahan kualitatif bukan sekedar kombinasi-kombinasi sederhana dari kemampuan atau perilaku terdahulu.
8. Pandangan Para Ahli Perkembangan tentang Isu Kontinuitas dan Diskontinuitas
a.         Teori Kontinuitas
            - Perkembangan itu terjadi secara halus dan stabil melalui penambahan atau peningkatan dalam hal abilitas, ketrampilan dan atau pengetahuan baru pada suatu langkah yang relatif lama.
            - Perilaku-perilaku awal secara bersama akan membangun dan membentuk perilaku selanjutnya atau sekurang-kurangnya perkembangan awal itu memiliki keterkaitan dengan perkembangan selanjutnya.

b. Teori Diskontinuitas
            -Perkembangan terjadi pada periode-periode kecepatan yang berbeda, berganti-ganti antara periode-periode yang hanya sedikit perubahannya dengan periode yang tajam dan cepat perubahannya
            - Beberapa aspek perkembangan muncul secara independen dari apa yang sudah muncul sebelumnya dan tak dapat diprediksi dari perilaku-perilaku sebelumnya.
Download DISINI

TERIMA KASIH

Read More
MATERI PERENCANAAN PEMBELAJARAN

MATERI PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Kaitan Rumpun Teori Psikologi Tentang Belajar dengan Prinsip-Prinsip yang Mendasari Pembelajaran

A. Rumpun Psikologi Kekuatan Mental


1. Psikologi Daya
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Repetisi (Pengulangan)
Prinsip repetisi ini yang sesuai karena teori psikologi daya berprinsip bahwa daya-daya (mengingat, mengenal, mengkhayal, menilai, dll) yang dimiliki individu atau siswa dapat dikembangkan dengan cara berlatih secara berulang-berulang.
Dalam teori ini tidak mengenal prinsip motivasi, pengalaman belajar dan perbedaaan individu karena dianggap tidak relevan.

2. Psikologi Tanggapan
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Repetisi (Pengulangan)
b. Prinsip Korelasi
c. Prinsip Motivasi
d. Prinsip Kesiapan
e. Prinsip Apresepsi
Kelima prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi tanggapan berprinsip bahwa dalam menggunakan metode mengajar tanggapan seorang guru harus menyajikan bahan pengajarannya secara sederhana, menarik dan berulang-ulang serta kait-mengait antara yang satu dengan yang lain.

3. Psikologi Naturalisme Romantik
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Aktivitas Siswa
b. Prinsip Perkembangan
c. Prinsip Perbedaan Individu
d. Prinsip Motivasi
e. Prinsip Pengalaman Langsung
f. Prinsip Kesiapan
Keenam prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi naturalime romantik berprinsip bahwa seorang guru dalam menyediakan bahan ajaran harus menarik perhatian dan minat anak, sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memberi motivasi dan bimbingan sesuai dengan sifat dan kebutuhan anak. Sehingga kegiatan belajar dapat mengaktifkan siswa dan anak dapat berkembang secara optimal.

B. Rumpun Psikologi Behaviorisme

  1. Psikologi Asosiasi (Koneksionisme)
    Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
    a. Prinsip Perkembangan
    b. Prinsip Kesiapan
    c. Prinsip Repetisi (Pengulangan)
    d. Prinsip Evaluasi
    e. Prinsip Reward dan Punishment
    f. Prinsip Korelasi
    g. Prinsip Motivasi
    Ketujuh prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi asosiasi berprinsip bahwa belajar itu merupakan pembentukan hubungan stimulus-respon sebanyak-banyaknya melalui ulangan-ulangan dan latihan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus memantau kesiapan siswa, menyediakan banyak latihan atau ulangan-ulangan dan segera memeriksa dan mengembalikan jika ada evaluasi, sehingga siswa dapat mengetahui hasil dari usaha belajarnya, dan akan meningkatkan semangat belajar untuk selanjutnya.

  2. Psikologi Conditioning
            Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
            Prinsip Repetisi (Pengulangan)
    Prinsip repetisi ini dianggap sesuai karena teori psikologi conditioning berprinsip bahwa mengajar itu adalah pembentukkan kebiasaan, dengan cara mengulang-ulang.

    3. Psikologi Penguatan
    Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
    a. Prinsip Reward dan Punishment
    b. Prinsip Kesiapan
    c. Prinsip Motivasi
    d. Prinsip Tujuan
    Keempat prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi penguatan berprinsip bahwa dalam belajar, siswa membutuhkan suatu pujian atau reward atas hasil usaha belajarnya (seperti mendapat nilai baik, guru memberikan pujian. Sebaliknya nilai yang kurang akan mendapat peringatan). Selain itu teori ini juga menekankan pada pengajaran yang berprogram (seperti: media computer, kaset video dll) agar siswa dapat siap belajar secara individual dan guru berfungsi sebagai pengarah, pendorong dan pengelola belajar.

    C. Rumpun Psikologi Kognitas Gestalt

1.      Psikologi Gestalt
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Korelasi
b. Prinsip Apresepsi
c. Prinsip Tujuan
Ketiga prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi Gestalt berprinsip bahwa dalam proses pengajaran guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu-kesatuan. Anak harus berusaha menemukan hubungan antarbagian,agar ia dapat memahami keseluruhan situasi atau bahan tersebut.

2.      Psikologi Kognitif
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Aktivitas Siswa
b. Prinsip Pengalaman Langsung
Prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi Kognitif berprinsip bahwa dalam proses pengajaran menekankan proses belajar aktif, terutama aktif secara mental (melakukan proses mental atau proses berpikir), di dalam mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, kontruktif dan mampu merencanakan sesuatu.
3.      Psikologi Medan (Field Theory)
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai adalah :
a. Prinsip Tujuan
b. Prinsip Korelasi
c. Prinsip Perbedaan Individu
d. Prinsip Motivasi
e. Prinsip Kesiapan
Kelima prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi medan berprinsip bahwa merencanakan suatu pengajaran, tujuan harus dipilih yang bermakna bagi siswa dan dirumuskan sejelas mungkin. Bahan dan tugas harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Di samping itu pula penggunaan strategi dan media belajar yang tepat, motivasi dan pembimbingan siswa memegang peranan penting dalam meningkatkan upaya belajar siswa


Download DI SINI


Read More
PERLENGKAPAN SIMFONI EDUCATION 3 HIMA PGSD

PERLENGKAPAN SIMFONI EDUCATION 3 HIMA PGSD

Hima PGSD
PRIBADI
  1. PERLENGKAPAN PRIBADI
  2. OBAT OBATAN PRIBADI
  3. BAJU HANGAT
  4. ALMAMATER
  5. KEBERANGKATAN : kaos putih, bawahan hitam Celana kain, perempuan rok panjang
  1. MAKANAN
  2.  MANTEL
  3. SEPATU KET+PANTOFEL
  4. GULA JAWA
  5. TEMBAKAU
  6. KAOS OR+TRAINING
  7. COCARD : Perempuan: bentuk apel merah ada daunnya berisi nama, kelompok, motto, foto                                 Pria: kelinci berisi nama, kelompok, motto, foto

Barang PR PRIBADI
  1. KADO SENILAI Rp 3000,00 ISI MAKANAN
  2. SENTER
  3. PELUIT
  4. AQUA 3L
  5. SLAYER WARNA UNGU
BARANG PR KELOMPOK
  1. TIKAR 4 BUAH                                            
  2. BATU BATREI KECIL A4 2 BUAH            
  3. BALON 2 BUNGKUS                                     
  4.  SEDOTAN WARNA BELANG-BELANG:
  5. KALUNG WARNA PELANGI DARI MAKANAN RINGAN
  6. BUKU KELOMPOK DENGAN KETENTUAN :Sampul ungu, isi nama kelompok,visi misi pgsd,biodata anggota, agenda kegiatan Simfoni of Education 3.          
Pengumuman ini sampai tanggal 8 oktober at 18.00.
Terima Kasih.
Ada pertanyaan tulis di chat sebelah kanan blog ini



By ApeG
Read More
METODE CONTEXTUAL LEARNING

METODE CONTEXTUAL LEARNING


Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa.Untuk itu diperlukan suatau pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (CTL).
CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga  yang bergerak dalam dunai pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, melalui Direktorat SLTP Depdiknas
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan trategi daripada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa . 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).
1.      Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2.      Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3.      Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
4.      Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5.      Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam  berbagai konteks 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan  agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian otentik
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry),bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun tujuh komponen tersebut sebagai berikut:

1.      Konstruktivisme (constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.

1.      Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi(observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion). 

1.      Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

1.      Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

1.      Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

1.      Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
1.      Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment)
Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Read More
HAKIKAT MANAJEMEN KELAS

HAKIKAT MANAJEMEN KELAS

Manajemen kelas yang Efektif
            Pergeseran pendekatan dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan di Indonesia telah berimbas pada pengelolaan sistem pendidikan, yakni dari yang semula bersifat sentralistik bergeser ke arah pengelolaan yang bersifat desentralistik. Hal ini secara imflisit dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, yang diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2001, bahwa pendidikan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota.
            Untuk dapat melaksanakan kewajiban ini secara tanggung jawab dan memberikan mamfaat yang sebesar-besarnya bagi penduduk daerah yang bersangkutan, maka diperlukan strategi pengelolaan pendidikan yang tepat. Strategi ini diperlukan mengingat sebagian besar daerah mengalami keterbatasan sumber daya, sementara itu tuntutan atas kualitas pendidikan selalu meningkat terus sejalan dengan kemajuan perkembangan kehidupan masyarakat dan tuntutan dunia kerja.
            Untuk mencapai hasil yang optimal, efektif dan efisien dalam menangani berbagai permasalahan pendidikan, pemerintah daerah tidak mungkin dapat bekerja secara sendirian, karena masih ada pihak-pihak lain yang berkepentingan (stake holders) terhadap bidang pendidikan tersebut, seperti orangtua, masyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Kareana itu kerja sama dan koordinasi antara pemerintah daerah dengan pihak-pihak yang berkepentingan tersebut menjadi sangat penting dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi, terutama dalam bidang pengelolaan pendidikan.
            Strategi pengelolaan pendidikan yang mengedepankan kerja sama antara berbagi pihak seperti diatas lebih dikenal dengan istilah School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah  (MBS). Untuk lebih memahami dan mengenal berbagai aspek Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) akan kita bahas dalam Bab pembahasan berikut.

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
            Manajemen Berbasis Sekolah diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi atau kemandirian yang lebih besar kepada sekolah. Model ini juga mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai standar mutu yang diambil harus melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai standard mutu yang berkaitan dengan kebutuhan sarana prasarana, fasilitas sekolah, peningkatan kwalitas kurikulum, dan pertumbuhan jabatan guru. Keputusan sekolah yang diambil harus melibatkan secara langsung semua warga sekolah, yaitu guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orangtua siswa dan masyarakat yang berhubungan dengan program sekolah.
            Keputusan partisipatif ini dapat membangun rasa memiliki bagi setiap warga sekolah dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan dedikasi warga sekolah. Untuk menggerakkan warga sekolah lebih otonom dan memberdayakan semua unsur terkait dalam bentuk partisipatif, yaitu memberdayakan semua komponen dalam komunitas sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat tampak pada kemampuan profesionalnya dan keberaniannya mengambil keputusan dengan perhitungan yang cermat, keputusan itu mendapat dukungan komunitas sekolah.


Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
            Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan untuk menjamin semakin rendahnya kontrol pemerintah pusat dan rendahnya intervensi pemerintah daerah ke sekolah. Hal ini dimaksudkan supaya otonomi sekolah untuk menentukan sendiri apa yang  perlu dilakukan dalam upaya belajar mengajar dan mengelola sumber daya yang ada untuk berinovasi semakin meningkat.Sedangkan partisipasi masyarakat ditampakkan pada tingginya keterlibatan mereka sehingga setiap unsur dapat berperan dalam meningkatkan kwalitas, efisiensi dan pemerataan kesempatan pendidikan dengan memodifikasi struktur pengambilan keputusan dari pemerintah pusat ke daerah dan seterusnya ke sekolah. Apabila unsur-unsur yang terlibat memahami dan berkontribusi terhadap keberhasilan sekolah, maka MBS memberikan peluang kepada guru dan kepala sekolah mengelola sekolah menjadi lebih efektif karena rasa memiliki semakin tinggi menimbulkan sikap pemamfaatan yang lebih baik terhadap sumber daya yang ada untuk mengoptimalkan hasil dan pengelola sekolah mempunyai kendali akuntabilitas terhadap lingkungan sekolah.
            Lebih spesifik lagi MBS bertujuan untuk :
Menjamin mutu pembelajaran anak didik yang berpijak pada azas pelayanan dan prestasi hasil belajar.
Meningkatkan kwalitas transfer ilmu pengetahuan dan membangun karakter bangsa yang berbudaya.
Meningkatkan mutu sekolah dengan memantapkan pemberdayaan melalui kemandirian, kreativitas, inisiatif dan inovatif dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya sekolah.
Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan dengan mengakomodir aspirasi bersama.
Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolah dan,
Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. Kebijakan pengelolaan sekolah oleh semua unsur yang terkait mengacu pada standar pendidikan nasional.

Prinsip dan Esensi Manajemen Berbasis Sekolah
            Manajemen Berbasis Sekolah memiliki potensi menciptakan pengelolaan sekolah yang lebih profesional yang didukung oleh faktor informasi, pengetahuan, keterampilan, dan insentif yang beriorentasi pada mutu, efektivitas, efisiensi dan kemandirian. Pada prinsipnya MBS adalah reformasi manajemen sekolah terhadap sekolah terhadap kewajiban (responsibility), wewenang (authority), profesionalisme dan tanggungjawab (accountability) juga transparansi untuk meningkatkan kinerja sekolah dan yang berkepentingan antara lain siswa, orangtua siswa, guru, masyarakat, dan pihak yang terkait (stakeholder), lapangan kerja dan sebagainya yang dapat mengenal perubahan dan memiliki kekuasaan dalam mengoptimalisasi sumber daya. MBS memiliki potensi menciptakan pengelolaan secara profesional dan lebih unggul yang didukung oleh faktor informasi, pengetahuan, keterampilan dan insentif yang beriorentasi pada mutu, efektivitas, efisiensi, dan kemandirian. Manajemen pendidikan memiliki konsistensi visi dan misi terhadap tujuan dan program pendidikan.
            Manajeman Berbasis Sekolah mempunyai esensi memiliki kewenangan yang besar dalam mengelola dan memberdayakan sekolah tetapi bukan egois, sehinga lebih mandiri, inovatif dan kreatif. Dengan kemandirian sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi sekolah. Jadi secara esensial MBS adalah otonomi sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai sasaran mutu sekolah yang ditargetkan dengan di bawah kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dan guru yang profesional.

Pola Manajemen Berbasis Sekolah.
            Dalam kerangka implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan, manajemen pendidikan berbasis sekolah dapat dimamfaatkan sebagai salah satu pendekatan yang mampu menjanjikan peningkatan kwalitas dan relevansi pendidikan di setiap daerah. Untuk memperoleh mutu yang diharapkan, maka pelaksanaan model ini perlu didukung oleh berbagai persyaratan profesional sumber daya manusia, lingkungan sekolah, dan masyarakat yang kondusif bagi bekerjanya prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah.
            Desentralisasi sistem pemerintahan daerah memberi kebebasan yang luas bagi pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengelolaan pendidikan, tetapi bukan berarti bebas tanpa batas atau terlepas dari pemerintah pusat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan masih dapat dimamfaatkan oleh sekolah di era sistem desentralisasi adalah sistem rekruitmen guru dan siswa, penempatan personalia, pengembangan kurikulum untuk kepentingan daerah dan sebagainya.  Model yang dikembangkan dalam hal ini adalah manajemen berbasis sekolah (MBS). Pada prinsipnya, dalam model MBS ini, kepala sekolah dan guru memiliki kebebasan yang luas dan otonom dalam mengelola sekolah tanpa mengabaikan kebijakan dan proritas yang ditentukan oleh pemerintah.

Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
            MBS memiliki karakteristik sama dengan sekolah efektif, yaitu :
Memiliki output (Prestasi pembelajaran dan manajemen sekolah yang efektif) sebagaimana diharapkan.
Efektifitas proses belajar mengajar yang cukup tinggi.
Peran kepala sekolah yang kuat dalam menkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia.
Lingkungan dan iklim belajar yang aman, tertib dan nyaman (enjoyable learning) sehingga manajemen sekolah lebih efektif.
Analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, dan imbal jasa tenaga kependidikan dan guru sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Pertanggungjawaban (akuntabilitas) sekolah terhadap publik terhadap keberhasilan progran yang telah dilaksanakan.
Pengelolaan dan penggunaan anggaran yang sepantasnya dilakukan oleh sekolah sesuai kebutuhan riil.
            Sementara itu Austin dan Reynolds mengemukakan beberapa karakteristik utama dari sekolah efektif antara lain.
Mempunyai cukup otonomi yang memungkinkan seluruh pegawai terlibat dalam perencanaan, kerja sama dan kolaborasi guru.
Kepemimpinan yang memungkinkan pegawai ada semua tingkat untuk mengambil inisiatif pemngembangan proses kerja yang efisien dengan produktivitas tinggi.
  1. Mengikut sertakan seluruh staf dalam pengembangan proses dan sistem serta suasana kerja di sekolah, sehingga staf tersebut betah belerka dam memiliki serta bertanggung jawab terhadap keberhasilan sekolah.
  2. Kurikulum berdasarkan pada tujuan-tujuan dan harapan-harapan sekolah. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik akan membantu penyediaan kurikulum yang sesuai dengan tujuan sekolah, sekaligius juga untuk pengembangannya.
  3. Memperhatikan pengembangan staf, terutama dalam mengikutsertakan pegawai dalam perancangan tujuan dalam bentuk tim kerja.
  4. Memaksimalkan waktu belajar dalam kelas secara bijaksana.
  5. Dukungan dan keterlibatan orang tua dalam penyelenggaraan pendidikan.

2.1  Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah
            Manajemen Berbasis Sekolah memerlukan perangkat dan strategi dalam pengorganisasiannya antara lain :
  1. Melaksanakan Program sekolah atas dasar visi dan misi yang konsisten terhadap tujuan dan target.
  2. Memperluas mitra sekolah dengan sektor lain, misalnya pemimpin masyarakat, sektor swasta dan lain-lain.
  3. Mendefinisikan kembali pola hubungan antar mitra.
  4. Tukar-menukar pengalaman dan memperkuat jaringan antar sistem dan antar sekolah.
  5. Memperjelas tugas dan fungsi setiap tingkat dan pelaku dalam sistem, yaitu tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan sekolah.
  6. Membuat batas-batas kewenangan dan akutabilitas masing-masing pelaku pada setiap level.
  7. Menciptakan perangkat-perangkat yang diperlukan untuk pelaksanaan.
  8. Memenuhi  kebutuhan informasi untuk sekolah

2.2  Manajemen Berbasis Sekolah sebagai Manajemen Peningkatan Mutu
            Konsep pengelolaan ini menekankan kepada kemandirian dan kreativitas sekolah di dalam mengolah potensi sumber daya pendidikan melalui kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat di dalam pengambilan keputusan untuk memenuhi tujuan peningkatan mutu sekolah.
            Konsep pengelolaan ini menawarkan kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing-masing, berkembang didasarkan pada keinginan memberikan kemandirian kepala sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Untuk itu sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta memahami kondisi lingkungannya untuk kemudian melalui proses perencanaan, sekolah harus memformulasikannya kedalam kebijakan mikro dalam bentuk program-program prioritas yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah sesuai denganbisi dan misinya masing-masing. Sekolah harus menciptakan target mutu yang ingin dicapai dalam seriap kurun waktu, merencanakan, malaksanakan dan mengevaluasi dirinya untuk kemudian menentukan target mutu untuk tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah dapat mandiri tetapi masih dalam rangka acuan kebijakan nasional, dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan belajar siswa dan masyarakat.
            Sekolah dapat dikatakan bermutu apabila prestasi sekolah, khususnya prestasi siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam :
  1. Prestasi akademik, yaitu nilai rapor dan nilai kelulusan yang memenuhi standar.
  2. Memiliki nilai-nilai kejujuran, ketakwaan, kesopanan dan mampu mengapresiasi nilai-nilai budaya.
  3. Memiliki tanggung jawab yang tinggi dan kemampuan yang diwujudkan dalam bentuk keterampilan sesuai dasar ilmu yang diterimanya disekolah.
            Sistem Manajemen Berbasis Sekolah sebagai wujud dari reformasi pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan budaya mutu. Prinsipnya, bila MBS memperoleh delegasi kewenangan yang bertumpu pada sekolah dan disertakannya masyarakat secara optimal, dengan sendirinya akan jauh dari birokrasi yang berbelit-belit dan sentralistik. Untuk itu diperlukan komitmen yang kuat dari semua unsur yang terkait dengan sekolah. Keterkaitan ini menunjukkan bahwa peranan antara para profesional, orangtua, dan masyarakat saling melengkapi dalam memenuhi tuntutan kualitas sekolah.
               
By ApeG

Read More
STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ( BSNP )

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ( BSNP )


Pada peraturan pemerintah diamanatkan tiga jenis penilaian yaitu : Penilaian oleh pendidik dilakukan secara berkesinambunagn untuk mencapai proses, kemajuan, dan perbaikan hasil pembelajaran.
Penilaian oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran sesuai programnya sebagai bentuk transparansi, professional , dan akuntabel lembaga
Penilaian oleh pemerintah bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Penilaian oleh pemerintah dalam pelaksanaannya diserahkan kepada BSNP.

Subunit 1
Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan
1. Standar Penilaian dalam Standar Nasional Pendidikan
Standar nasional pendidikan disusun agar dapat dijadikan criteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara kesatuan Republlik Indonesia. Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidkan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sedang tujuan standar nasional pendidkan adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Dalam pasal 1 ayat 17 Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu pasal 1 ayat 1 PP no.19 tahun 2005 dinyatakan bahwa lingkup dari standar nasional pendidikan meliputi 8 standar yaitu :
a. Standar isi
b. Standar proses
c. Standar kompetensi lulusan
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
e. Standar sarana dan prasarana
f. Standar pengelolaan
g. Standar pembiayaan
h. Standar penilaian pendidikan

2. Landasan Filosofis dan Yuridis Standar penilaian
a. Landasan Filosofis
Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa setiap siswa harus diperlakukan sama dan meminimalkan semua bentuk prosedur ataupun tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu atau sekelompok siswa. Disamping itu penilaian yang adil harus tidak membedakan latar belakang sosial ekonami, budaya , bahasa dan gender.
b. Landasan Yuridis
Untuk memberikan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada kelompok mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu dan teknologi menurut PP no.19 pasal 66, dinyatakan secara tegas akan dilakukan dalam bentuk ujian nasional yang dilakukan secara obyektif, berkeadilan , dan akuntabel serta diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun.


3. Badan Standar Nasional Pendidikan
Ketentuan tentang tugas dan wewenang BSNP tertuang pada ayat 3 yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas-tugasnya BSNP mempunyai wewenang untuk :
a. Mengembangkan Standar Nasional Pendidikan
b. Menyelenggarakan ujian nasional
c. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan
d. Merumuskan criteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Subunit 2
Standar Penilaian Pendidikan Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan
Menurut BSNP penilaian adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik, hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi yaitu pengambilan keputusan terhadap ketuntasan belajar siswa dan efektifitas proses pembelajaran.
1. Prinsip penilaian menurut BSNP
Pelaksanaan penilaian hasil belajar pesserta didik didaasarkan pada data sahih yang diperoleh melaui prosedur dan instrument yang memenuhi persyaratan denagn mendasarkan diri pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Mendidik
b. Terbuka dan transparan
c. Menyeluruh
d. Terpadu denagn pembelajaran
e. Obyektif
f. Sistematis
g. Berkesinambungan
h. Adil
i. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan kriteria

2. Pedoman penilaian oleh pendidik
BSNP dalam pedoman umum penilaian mengemukakan adanya standar penilaian oleh pendidik dan standar penilaian oleh satuan pendidikan .Standar penilaian oleh pendidik merupakan standar yang mencakup
a. Standar umum penilaian
b. Standar perencanaan penilaian oleh pendidik
c. Standar pelaksanaan penilaian oleh pendidik
d. Standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian oleh pendidik
e. Standar pemanfaatan hasil pendidikan

3. Standar Penilaian Oleh Satuan Pendidikan
Dalam memberi batasan standar penilaian hasil belajar yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan BSNP mengemukakan dua standar pokok yaitu :
a. Standar penentuan kenaikan kelas
b. Standar penentuan kelulusan

Subunit 3
Mekanisme dan Prosedur Penilaian Menurut BSNP
1. Mekanisme dan Prosedur Penilaian
a. Dalam proses penilaian perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut :
b. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
c. Penilaian menggunakan acuan criteria
d. Penilaian dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan
e. Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut
f. Penilaian harus sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dengan proses pembelajaran.
2. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil pembelajaran, sehingga secara lebih terperinci dapat dijelaskan bahwa penilaian oleh pendidik ini digunakan untuk :
a. Menilai pencapaian kompetensi peserta dididk
b. Sebagai bahan penyusunan laporan hasil belajar
c. Memperbaiki proses pembelajaran
d. Membantu siswa untuk mencapai perkembangan optimal dalam proses dan hasil pembelajaran
e. Membantu dalam penilaian kelas


3. Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan
Dijelaskan lebih jauh bahwa ada dua sistem yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk mempromosikan siswanya ketingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu :
a. Sistem kredit atau beban belajar
b. Sistem kenaikan kelas (grade)
4. Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah
Dalam ayat 1 pasal 66 PP no.19 tahun 2005 dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam bentuk ujian nasional.
Pada pasal 68 juga ditegaskan bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan :
a. Pemetaan mutu program dan atau satuan pendidikan
b. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya
c. Penentuan kelulusan
d. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan
5. Teknik Penilaian Menurut BSNP
Menurut pedoman umum BNSP, teknik penilaian yang dapat digunakan secara komplementer ataupun sendiri-sendiri sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai antara lain :
a. Tes kinerja
b. Demonstrasi
c. Observasi
d. Penugasan
e. Portofolio
f. Tes tertulis
g. Tes lisan
h. Jurnal
i. Wawancara
j. Inventori
k. Penilaian diri
l. Penilaian antar teman (penilaian sejawat)

Subunit 4
1. Evaluasi hasil Belajar oleh Pemerintah
Tujuan penyelenggaraan UAN adalah :
a. Untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa
b. Mengukur tingkat pendidikan pada tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan sekolah
c. Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional, propinsi,kabupaten/kota dan sekolah kepada masyarakat
2. Pro dan Kontra Pelaksanaan Ujian Nasional
Upaya sosialisasi dan penyadaran kepada semua stakeholder tentang pemahaman fungsi UNAS dan standar kompetensi lulusan kepada siswa, orang tua guru maupun semua staf sekolah. Agar semua termotifasi untuk mengarahkan pembelajaran ke pencapaian standar kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa ; orang tua akan memotivasi dan membimbing belajar anaknya, guru akan mengoptimalkan proses pembelajarannya untuk membelajarkan siswa mencapainya, demikian juga seluruh staf sekolah maupun berbagai pihak terkait. Bila secara nyata standar kompetensi ini telah tercapai, kapanpun di evaluasi, siapapun yang melakukan evaluasi, bentuk soal manapun, termasuk penyelenggaraan UNAS bukan lagi menjadi permasalahan yang besar.

Edit By : ApeG
Read More
MODEL- MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

MODEL- MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

Pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan implementasi dari kurikulum yang berlaku. Pada saat mempertimbangkan pelaksanaan pembelajaran ini didasari pada landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis.
Landasan filosofis dari implementasi pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.
Untuk melihat materi lebih lengkap bisa DOWNLOAD DISINI
Terima Kasih . Semoga bermanfaat

By : ApeG
Read More
MODEL- MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF

MODEL- MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF

Dalam Pembelajaran EFEKTIF
Langkah-langkah:


1.   Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2.   Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM
3.   Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4.   Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5.   Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6.   Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan
7.   Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
8.   Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9.   Guru memberikan kesimpulan secara umum
10.   Evaluasi
11.   Penutup
untuk melihat materi lebih Lengkap bisa DOWNLOAD DISINI
Terima kasih . Semoga Bermanfaat.

By : ApeG
Read More
RUMPUN PSIKOLOGI PEMBELAJARAN

RUMPUN PSIKOLOGI PEMBELAJARAN

Dalam Rumpun Psikologi Pembelajaran di jabarkan dalam 3 Bagian antara Lain :
1. Rumpun psikologi Kekuatan Mental
2. Rumpun Psikologi Behaviorisme
3.Rumpun Psikologi Kognitif Gestalt

Untuk Lebih jelasnya Materi dapat di DOWNLOAD DISINI

Semoga Bermanfaat . Terima Kasih.

By : ApeG
Read More
PEMBAGIAN TUGAS IPA KELOMPOK 4

PEMBAGIAN TUGAS IPA KELOMPOK 4

Dalam melaksanakan tugas Pend. IPA oleh Pak Idam yaitu :
1. Kelompok wajib memiliki buku/ soal UASBN 3-4 tahun terakhir (2007,2008,2009,2010) Silahkan telaah masing2 butir soal yang sering Muncul  kemudian ditulis termasuk Kedalaman materi di kelas berapa dan Kompetensi Dasar (KD) apa?
2. Kelompok mencari Pengertian " Kontekstual Learning " dan mencari contoh Strategi Pembelajaran di SD berkaitan dengan Kontekstual Learning.. kemudian di telaah bersama- sama dengan kelompoknya dan Membuat Strategi Pembelajaran dengan Model Kontekstual Learning tersebut...

Tugas masing- masing :
Dinar Arena : Mencari pengertian dan Contoh Strategi Pembelajaran dengan Kontekstual Learning.
Aviandri Cahya : Menelaah soal UASBN 2007-1010 butir no 1-15
Dhinarwati : Menelaah Soal UASBN 2007-2010 butir soal no 16-27
Dian KPP : Menelaah soal UASBN 2007-2010 butir soal 28-40
Arin P : menulis dengan tangan  telaah UASBN yang dikerjakan oleh teman-teman. NB : yang rapi and diberi Cover serta dilampirkan Soal UASBN 2007-1010 nya , serta SILABUS IPA juga dilampirkan....
di kertas HVS and tanpa Garis tepi... Cover disertakan.

Pengumpulan nanti Sore (Sabtu-red) pukul 18.00 di alamat aviandri.pgsd@gmail.com
setelah itu nanti tugas Saya UP LOAD lagi. Silah kan Arin mengcopy and kemudian ditulis Tangan.
teman-teman juga bisa Melihat Karya kita.......
Insya Allah Kelompok 4 TERBAIK.....

Complain tugas ke Penulis.. Trim's

By ApeG
Read More